AMBON - BERITA MALUKU. Gempa berkekuatan 6,8 SR, yang menguncang pulau Ambon dan Seram, Maluku, tidak hanya kerugian material, namun juga menimbulkan korban jiwa mencapai 19 orang. Bahkan sampai saat ini, masih ada masyarakat yang masih menempati tenda-tenda pengungsian, baik masyarakat yang rumah hancur rata dengan tanah, begitu juga masyarakat yang masih trauma, karena takut akan terjadi gempa susulan.
Bencana alam yang terjadi di bumi seribu pulau ini, menarik perhatian dari semua kalangan, bahkan Presiden, Joko Widodo.
Menurut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, pasca kejadian Gempa yang menerjang bumi raja-raja ini, Presiden langsung menghubunginya dan Gubernur Maluku untuk menanyakan perkembangan gempa yang terjadi di Ambon. Sekaligus meminta dirinya untuk meninjau langsung kondisi di lapangan pasca gempa.
"Tadi malam, sekitar pukul 19.30, Bapak Presiden menghubungi saya menanyakan tenatng perkembangan Gempa di Ambon, Maluku, kemudian sempat juga ajudan bapak Presiden menanyakan nomor telepone bapak Gubernur Maluku. Namun pada saat dihubungi pak Gubernur sementara dalam perjalanan menuju Ambon, artinya bapak Presiden menaruh perhatian yang cukup besar atas kejadian Gempa di Ambon," ujarnya kepada awak media di VVIP Bandara International Pattimura, Jumat (27/09), usai meninjau langsung di lokasi-lokasi yang terkena dampak bencana paling parah seperti di desa Liang, Waai, Tulehu dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon.
Hal senada juga disampaikan, Gubernur Malukh, Murad Ismail, bahwa Presiden menelponya hampir 5 - 6 kali, untuk menanyakan perkembangan Gempa.
"Saya ditelepone oleh Presiden kurang lebih 5 atau 6 kali, waktu kita di Liang, tidak ada signal, begitu sampai di Bandara ajudan Presiden menelpone ajudan saya dan ajudan saya mengatakan saya dengan Kepala BNPB lagi dilapangan. Jadi foto-foto dilapangan sudah saya dikirim ke Bapak Presiden," ucapnya.
Tinjauan Lapangan
Doni Munardo mengatakan, setelah tiba tadi pagi, dirinya bersama Gubernur langsung meninjau beberapa lokasi yang terkena dampak gempa paling parah, yakni di Desa Liang, Waai, Tulehu dan IAIN.
Dari hasil tinjauan tersebut, dirinya menarik beberapa kesimpulan, yitu gempa yang terjadi cukup besar, namun dibawah perkiraan BMKG dari 6,8 SR menjadi 6.5 SR. Sedangkan korban meninggal, hanya 18 orang, dari data BNPB sebelumnya 23 orang.
Sementara untuk kerusakan rumah, menurutnya tidak terlalu banyak, baik itu rumah rusak berat, sedang maupun ringan.
"Saya berharap mudah-mudahan tidak lebih dari 100 unit," cetusnya.
Hal yang ditermukan, lanjut Monardo yaitu, masyarakat yang masih menempati tenda-tenda pengungsian, bukan karena rumah yang mengalami kerusakan, tetapi lebih kepada masalah psikologis.
"Karena ada informasi yang beredar di masyarakat tentang akan adanya gempa susulan, kemudian Tsunami, tentunya ini harus kita klarifikasi bahwa itu tersebut tidak benar, gempa besar belum ada ahli satupun yang bisa memberikan data akurat kapan akan terjadi, sehingga perlu dilakukan berbagai langkah seperti sosialisasi kepada masyarakat supaya tidak terpancing atau percaya kepada isu (hoax)," ujarnya.
"Kemudian Tsunami bisa terjadi karena dua faktor, yakni dikarenakan Gempa besar, diikuti Gelombang besar, atau tidak ada gempa namun terjadi reruntuhan tebing di dalam laut, seperti yang terjadi di selat Sunda. Untuk itu, masyarakat harus memahami, sangat kecil kemungkinan terjadi Tsunami tanpa dididahului oleh Gempa. Namun, jika Kalau gempa dirasakan kuat lebih dari 20 detik maka tidak perlu harus bertanya kepada pihak manapun, otomatis harus segera mencari lokasi aman, di tempat ketinggian. Kalau di Ambon banyak sekali bukit-bukit yang tidak jauh dari kediaman masyarakat di pesisir pantai, sehingga bisa segera menyelematkan diri. Jika selama dua jam tidak ada Gempa susulan yang relatif lebih kecil maka harus segerak kembali ke titik yang lebih aman," sambungnya.
Dirinya meminta kepada masyarakat, untuk tidak percaya kepada informasi-informasi hoax yang beredar di masyarakat. Informasi resmi dan terpecaya harus didapat dari lembaga yang berwenang seperti BMKG maupun BPBD.
Mantan Pangdam XVI Pattimura ini juga meminta kepada, Bupati Maluku Tengah, Abua Tuasikal agar meninjau langsung masyarakat dilapangan dan memberikan penjelasan tentang apa yang terjadi saat ini, dan langkah-langkah kedepan terutama masyarakat yang masih khawatir untuk kembali ke rumah mereka.
"Jadi kami harapkan dalam waktu dekat ini masyarakat bisa kembali ke rumahnya, karena kalau rumahnya ditinggalkan dalam kondisi lama, tanpa pengawasannya, maka akan dimanfaatkan maka kemungkinan terjadi kehilangan barang, sangat besar. Tentunya akan menimbulkan masalah sosial baru," harapnya.
Bencana alam yang terjadi di bumi seribu pulau ini, menarik perhatian dari semua kalangan, bahkan Presiden, Joko Widodo.
Menurut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, pasca kejadian Gempa yang menerjang bumi raja-raja ini, Presiden langsung menghubunginya dan Gubernur Maluku untuk menanyakan perkembangan gempa yang terjadi di Ambon. Sekaligus meminta dirinya untuk meninjau langsung kondisi di lapangan pasca gempa.
"Tadi malam, sekitar pukul 19.30, Bapak Presiden menghubungi saya menanyakan tenatng perkembangan Gempa di Ambon, Maluku, kemudian sempat juga ajudan bapak Presiden menanyakan nomor telepone bapak Gubernur Maluku. Namun pada saat dihubungi pak Gubernur sementara dalam perjalanan menuju Ambon, artinya bapak Presiden menaruh perhatian yang cukup besar atas kejadian Gempa di Ambon," ujarnya kepada awak media di VVIP Bandara International Pattimura, Jumat (27/09), usai meninjau langsung di lokasi-lokasi yang terkena dampak bencana paling parah seperti di desa Liang, Waai, Tulehu dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon.
Hal senada juga disampaikan, Gubernur Malukh, Murad Ismail, bahwa Presiden menelponya hampir 5 - 6 kali, untuk menanyakan perkembangan Gempa.
"Saya ditelepone oleh Presiden kurang lebih 5 atau 6 kali, waktu kita di Liang, tidak ada signal, begitu sampai di Bandara ajudan Presiden menelpone ajudan saya dan ajudan saya mengatakan saya dengan Kepala BNPB lagi dilapangan. Jadi foto-foto dilapangan sudah saya dikirim ke Bapak Presiden," ucapnya.
Tinjauan Lapangan
Doni Munardo mengatakan, setelah tiba tadi pagi, dirinya bersama Gubernur langsung meninjau beberapa lokasi yang terkena dampak gempa paling parah, yakni di Desa Liang, Waai, Tulehu dan IAIN.
Dari hasil tinjauan tersebut, dirinya menarik beberapa kesimpulan, yitu gempa yang terjadi cukup besar, namun dibawah perkiraan BMKG dari 6,8 SR menjadi 6.5 SR. Sedangkan korban meninggal, hanya 18 orang, dari data BNPB sebelumnya 23 orang.
Sementara untuk kerusakan rumah, menurutnya tidak terlalu banyak, baik itu rumah rusak berat, sedang maupun ringan.
"Saya berharap mudah-mudahan tidak lebih dari 100 unit," cetusnya.
Hal yang ditermukan, lanjut Monardo yaitu, masyarakat yang masih menempati tenda-tenda pengungsian, bukan karena rumah yang mengalami kerusakan, tetapi lebih kepada masalah psikologis.
"Karena ada informasi yang beredar di masyarakat tentang akan adanya gempa susulan, kemudian Tsunami, tentunya ini harus kita klarifikasi bahwa itu tersebut tidak benar, gempa besar belum ada ahli satupun yang bisa memberikan data akurat kapan akan terjadi, sehingga perlu dilakukan berbagai langkah seperti sosialisasi kepada masyarakat supaya tidak terpancing atau percaya kepada isu (hoax)," ujarnya.
"Kemudian Tsunami bisa terjadi karena dua faktor, yakni dikarenakan Gempa besar, diikuti Gelombang besar, atau tidak ada gempa namun terjadi reruntuhan tebing di dalam laut, seperti yang terjadi di selat Sunda. Untuk itu, masyarakat harus memahami, sangat kecil kemungkinan terjadi Tsunami tanpa dididahului oleh Gempa. Namun, jika Kalau gempa dirasakan kuat lebih dari 20 detik maka tidak perlu harus bertanya kepada pihak manapun, otomatis harus segera mencari lokasi aman, di tempat ketinggian. Kalau di Ambon banyak sekali bukit-bukit yang tidak jauh dari kediaman masyarakat di pesisir pantai, sehingga bisa segera menyelematkan diri. Jika selama dua jam tidak ada Gempa susulan yang relatif lebih kecil maka harus segerak kembali ke titik yang lebih aman," sambungnya.
Dirinya meminta kepada masyarakat, untuk tidak percaya kepada informasi-informasi hoax yang beredar di masyarakat. Informasi resmi dan terpecaya harus didapat dari lembaga yang berwenang seperti BMKG maupun BPBD.
Mantan Pangdam XVI Pattimura ini juga meminta kepada, Bupati Maluku Tengah, Abua Tuasikal agar meninjau langsung masyarakat dilapangan dan memberikan penjelasan tentang apa yang terjadi saat ini, dan langkah-langkah kedepan terutama masyarakat yang masih khawatir untuk kembali ke rumah mereka.
"Jadi kami harapkan dalam waktu dekat ini masyarakat bisa kembali ke rumahnya, karena kalau rumahnya ditinggalkan dalam kondisi lama, tanpa pengawasannya, maka akan dimanfaatkan maka kemungkinan terjadi kehilangan barang, sangat besar. Tentunya akan menimbulkan masalah sosial baru," harapnya.