Kuota Haji Dipastikan Bertambah

Kuota Haji Dipastikan Bertambah
LEMPAR JUMRAH : Umat muslim melemparkan batu jumrah saat melaksanakan ibadah haji tahunan pada hari pertama Idul Adha di Mina, dekat kota suci Makkah, Arab Saudi, Senin (12/9). (SM/Reuters)
JAKARTA – Jamaah haji dunia telah selesai menyelesaikan prosesi puncak haji, wukuf di Arafah, Minggu (11/9). Pelaksanaannya terhitung lancar.

Penghubung Kesehatan dokter Ramon Andreas di daerah kerja (daker) Makkah mengungkapkan, jamaah Indonesia juga lebih disiplin. "Kalau melihat kemarin, kelihatannya jamaah kita lebih disiplin.

Di tenda penerangan tidak banyak orang kesasar. Selain itu, keberadaan petugas sektor adhocefektif menjaga jamaah agar tetap berada di tendanya," ujar Ramon, Senin (12/9).

Menurutnya, keberadaan water fanjuga cukup membantu memberi kelembaban dan mendinginkan suhu di tenda. "Per hari ini (kemarin), suhu udara mencapai 42 derajat Celcius, sementara real feel-nya mencapai 52 derajat. Adapun kelembaban hanya 22 persen," tambahnya. 

Meski begitu, dia juga mengungkapkan, ada delapan orang asal Indonesia yang meninggal di Arafah. Lima diantaranya wafat pada Hari Arafah, sementara yang lain meninggal saat di pemondokan Arafah.

Dengan begitu, jumlah keseluruhan jamaah Indonesia yang wafat pada musim haji kali ini sudah mencapai seratus orang. Terpisah, Presiden Joko Widodo memastikan, kuota jamaah haji Indonesia akan bertambah tahun depan.

"Jadi kita sudah berbicara yang pertama dengan Prince Mohamed dari Saudi Arabia waktu di Hangzhou. Sudah berbicara bahwa kita ingin meminta tambahan kuota haji dan beliau sudah menyampaikan akan ditambah.

Saya juga sampaikan tambahan itu juga bisa ditambah lagi dengan kuota yang diberikan Filipina, Singapura, Jepang, yang tidak terpakai, akan kita pakai semuanya, beliau sudah menyanggupi," kata Jokowi usai mengunjungi tempat pelelangan ikan di Serang, Banten, Minggu (11/9).

Proses Penghitungan

Jokowi belum bisa memastikan jumlah tambahan kuota untuk tahun depan, karena masih dalam proses penghitungan. Satu yang pasti, kuota haji untuk Filipina yang tidak terpakai tahun depan bisa digunakan oleh jamaah Indonesia.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte sudah mengizinkan kuota untuk negaranya dipakai jamaah Indonesia. "Kemarin waktu ketemu Presiden Duterte juga saya sampaikan, silakan.

Tapi ini prosedurnya yang akan kita benarkan. Jangan sampai kayak yang sudah-sudah, sebelum-sebelumnya, memakai paspor yang palsu, ini yang menyebabkan ruwet di situ," jelasnya. Presiden menjelaskan, dalam waktu dekat Raja Sulaiman akan berkunjung ke Indonesia.

Jokowi menduga, kedatangannya akan membawa kabar baik berupa kepastian jumlah kuota tambahan jamaah haji untuk Indonesia. "Kemarin beliau menyampaikan akan ada tambahan tapi hitungannya belum bisa menyampaikan karena itu akan mungkin difinalisasi dulu di sana.

Pada saat nanti Raja Salman ke Indonesia, itu mungkin sudah ada pernyataan berapa tambahan yang bisa diberikan kepada Indonesia plus yang belum belum kuota yang tidak dipakai di Filipina, Singapura, Jepang, itu yang kemarin kita juga minta, sudah kita bicarakan," tegas Jokowi.

Sementara Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid menilai Indonesia berpeluang menggunakan kuota haji negara lain. Hal itu dilakukan sebagai salah satu upaya antrean naik haji yang semakin panjang.

Menurut Hidayat, pemerintah perlu membuka komunikasi dengan negara-negara lain yang kuota hajinya tidak digunakan. "Iran tahun ini kuota hajinya tidak digunakan. Daripada kosong, lebih baik kuota itu diambil Indonesia," kata Hidayat usai menjadi khatib shalat Idul Adha di Kemang, Senin (12/9).

Tak hanya menggunakan kuota dari negara Islam, lanjut Hidayat, pemerintah juga bisa menggunakan kuota dari negara di mana umat Islam minoritas, seperti di Filiphina, Muangthai, Vietnam, dan Laos. "Di sana banyak kuota yang belum dipakai," ujarnya.

Untuk bisa mendapat kuota dari negara tersebut, politikus PKS ini mendorong Kementerian Agama dan Kementerian Luar Negeri untuk melakukan komunikasi dengan negara-negara tersebut hingga akhirnya bisa dicapai kesepakatan. "Daripada ada jamaah yang menggunakan cara-cara ilegal," tegasnya.

Dia menjelaskan, antrean hingga belasan tahun jamaah Indonesia disebabkan dua hal, yakni adanya kebijakan kuota dan amat tingginya keinginan umat Islam di Indonesia untuk menunaikan ibadah haji.

Menurutnya, kuota merupakan kesepakatan negara-negara muslim dan ditetapkan per seribu penduduk ada satu jatah calon haji. Dengan kuota itu maka Indonesia mendapat jatah lebih dari 200.000 jamaah haji. "Kalau tidak ada kuota akan menambah ruwet saat ibadah," ujarnya. (sm,dtc)

Subscribe to receive free email updates: