KRAKSAAN – Peluang pasar bagi pengusaha produk olahan keripik singkong fermentasi khas Kabupaten Probolinggo produk unggulan IKM Rajawali Desa Sidopekso begitu terbuka lebar. Pasalnya keripik singkong yang satu ini, selain renyah juga telah lolos uji kadar gula.
Rahasianya ternyata ada pada teknik fermentasi dan bahan baku singkong yang asalnya harus dari Kecamatan Tiris. Namun ternyata bahan baku utama pada produk ini kini semakin sulit didapatkan sejak 4 tahun terakhir. Dengan terpaksa kapasitas produksi dibatasi dan jumlah karyawan pun harus dikurangi.
Keluh-kesah Aput (40) pemilik IKM Rajawali ini menjadi catatan khusus sekaligus oleh-oleh penting bagi tim monitoring dan evaluasi perkembangan UKM oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Probolinggo saat mengunjungi rumah produksi Rajawali di Perum Sidopekso Permai Kecamatan Kraksaan Kamis (25/7/2019) pagi.
Menurut keterangan pria asal Banten Jawa Barat ini, salah satu penyebab kelangkaan bahan baku singkong Kecamatan Tiris ini dimulai sejak tahun 2015 yang silam. Dimana saat itu para petani ladang di Kecamatan Tiris sedang gencar budidaya komoditi kayu sengon. Dan saat ini kondisi tersebut semakin diperparah dengan gencarnya pengembangan budidaya kopi.
Aput mengungkapkan dirinya juga sempat mencoba beberapa bahan baku singkong keluaran Kecamatan Gading dan Pakuniran yang kadar airnya lebih tinggi. Alhasil pelanggannya banyak yang menolak, karena rasa dan kualitasnya jauh berbeda dengan sebelumnya. Saat ini agar tetap bisa melayani permintaan pelanggan dan agen distributor ia harus mendatangkan singkong dari Malang dan Lumajang.
"Dulu pada waktu singkong Tiris masih mudah kita dapatkan rata-rata produksi kami bisa mencapai 1-2 kuintal perhari. Saat itu kami mampu mempekerjakan 10 orang karyawan. Namun untuk sementara ini kami hanya bisa memberdayakan 5 orang saja dan itu pun hanya paruh waktu," keluh Aput.
"Kami harap ke depannya bahan baku singkong mudah didapatkan, karena pengusaha keripik singkong selain saya juga banyak dan mengeluhkan hal yang sama," imbuhnya.
Menyikapi keluhan tersebut Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Probolinggo Anung Widiarto akan segera mengupayakan koordinasi lintas sektor bersama-sama OPD terkait. Pihaknya juga berharap agar segera mendapatkan jalan keluar yang terbaik, sehingga ke depan akan tercipta kembali supply and demand pada komoditi singkong Tiris ini.
"IKM Rajawali ini sudah memahami teknik pengolahan singkong dengan baik bahkan produknya sudah memiliki lisensi dari lembaga sertifikasi. Inovasi dan diversifikasi produk juga sudah cukup memadai namun karena bahan baku yang kurang memadai, akhirnya mereka hanya memilih untuk produksi dua jenis produk saja," tutup Anung Widiarto. (dra)