Jakarta, Info Breaking News - Kecanggihan tehnologi internet sangat membantu bisnis online dengan kemajuan pesat bagikan mateor yang melesat. Ini terlihat dari suksesnya perusahaan Bukalapak yang mencatat prestasi baru setelah total transaksi atau gross merchandise value (GMV) perusahaan e-commerce ini tembus Rp 4 triliun per bulan. Pencapaian ini membuat Bukalapak semakin fokus mengkaji kemungkinan penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) pada tahun depan.
Co-founder dan Presiden Bukalapak Muhamad Fajrin Rasyid mengatakan, perusahaannya sudah menyiapkan segala persyaratan untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Salah satunya, adalah laporan keuangan selama tiga tahun terakhir yang disiapkan sejak 2017. "Tahun depan kami akan pikirkan (untuk IPO)," ujar Fajrin di kantornya, Jakarta, Kamis (27/9).
Kinerja Bukalapak yang terus tumbuh menjadi salah satu katalis untuk IPO. Hal ini sejalan dengan target investornya, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (Emtek), yang menargetkan GMV Bukalapak tembus US$ 4 miliar atau Rp 56 triliun pada akhir tahun ini. Untuk mencapai target tersebut, rata-rata GMV Bukalapak per bulan harus mencapai Rp 4,7 triliun.
Fajrin mengatakan, untuk memaksimalkan transaksi, perusahaannya bakal meningkatkan jumlah pelapak dan mitra Bukalapak. "Saat ini, mitra Bukalapak berkontribusi 20% terhadap total GMV," kata dia. Bukalapak memiliki 300 ribu mitra atau agen sedangkan jumlah pelapak mencapai 4 juta.
Berdasarkan analisa iPrice dari data SimilarWeb sepanjang April-Juni 2018, Tokopedia dan Bukalapak mengalahkan Lazada dalam hal jumlah pengunjung pada Kuartal II 2018. Secara rinci, laporan tersebut menunjukkan Tokopedia memimpin dengan rata-rata 111,48 juta pengunjung per bulan; Bukalapak 85,14 juta pengunjung per bulan; dan Lazada 49,99 juta pengunjung per bulan. Sementara itu, Shopee mencatatkan 30,84 juta pengunjung per bulan dan Blibli 29,04 juta pengunjung per bulan.
Selain Bukalapak, GMV Shopee juga tembusUS$ 4,1 miliar atau sekitar Rp 59 triliun sepanjang tahun lalu. Angka itu naik tiga kali lipat dibanding 2016.
Sebelumnya, Bukalapak merasa belum perlu segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) karena perusahaan ingin fokus memperbesar pasar terlebih dahulu. Dengan memperluas pasar, Bukalapak turut berkontribusi meningkatkan inklusi keuangan sesuai target pemerintah untuk mendorong inklusi keuangan dari 49% menjadi 75% pada 2019.
*** Armen Fosters.