Lahan persawahan mulai mengering, warga desa mulai kesulitan mencari air bersih. (foto: ilustrasi) |
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Blora, Sri Rahayu ketika ditemui Kamis (26/7/2018), mengatakan bahwa pihaknya sedang memetakan jumlah desa yang mengalami kekeringan guna merencanakan penyaluran bantuan air bersih.
"Sementara sudah ada 132 desa yang lapor ke kami (BPBD-red). Dari 16 Kecamatan se Kabupaten Blora, yang belum melaporkan adanya kekeringan hanya Kecamatan Todanan dan Kecamatan Kradenan," ucap Bu Yayuk, sapaan akrab Sri Rahayu.
Kecamatan yang terkena dampak kekeringan paling banyak menurutnya ada di Kecamatan Jati 12 Desa, Kecamatan Banjarejo 13 Desa dan Kecamatan Bogorejo 14 Desa.
"Data ini kami update terus guna perencanaan penyaluran bantuan air bersih. Pasalnya selain bantuan air bersih dari Pemkab, biasanya juga banyak bantuan dari pihak swasta maupun komunitas. Agar semuanya bisa tersalurkan merata dan tidak tumpang tindah, maka kami harapkan donatur bisa melaporkan ke BPBD," lanjutnya.
Sementara itu untuk menghadapi potensi bencana kekeringan maupun kebakaran di musim kemarau agar dampaknya tidak meluas, pihaknya mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk meningkatkan perilaku hemat air dan mengurangi penggunaan bahan-bahan yang mudah memercikkan api di kawasan hutan.
"Jangan mudah membuang puntung rokok ketika melintas di kawasan hutan. Selain menimbulkan kebakaran hutan, juga akan menimbulkan kabut asap yang berbahaya bagi pernafasan. Jangan membuka atau membersihkan lahan dengan cara membakar," tegas Sri Rahayu. (res-infoblora)