dalam peningkatan mutu pendidikan bidang literasi dan numerasi, Inovasi Pendidikan untuk
Anak Indonesia (INOVASI), menggelar kegiatan sosialisasi "Program Rintisan Peningkatan
Kualitas Pembelajaran Literasi Kelas Awal (PELITA)". Kegiatan ini digelar di Kabupaten
Sumbawa Barat sebagai salah satu dari enam Kabupaten mitra INOVASI, pada hari Rabu, 28
Maret 2018.
Berangkat dari masalah teridentifikasi yaitu rendahnya tingkat pemahaman
literasi siswa sekolah dasar kelas awal (kelas 1, 2, dan 3) di Provinsi NTB, kemitraan ini
menjalankan program rintisan peningkatan kualitas pembelajaran literasi kelas awal yang
disebut PELITA demi meningkatkan kemampuan literasi siswa terutama kemampuan baca
tulis. Program rintisan serupa juga diimplementasi di Kabupaten Lombok Utara.
Melalui program rintisan PELITA, INOVASI juga merujuk pada berbagai penelitian yang menunjukan bahwa tingkat pemahaman siswa sangat terkait dengan kondisi dan kemampuan guru dalam hal penguasaan materi, metode, pemilihan alat atau instrumen, pemilihan materi yang digunakan serta pengelolaan kelas.
Kegiatan sosialisasi dihadiri oleh 86 orang peserta yang terdiri dari guru dan kepala sekolah
dari beragam sekolah undangan.
Beberapa perwakilan program INOVASI beserta berbagai pemangku kepentingan dari pemerintah daerah hadir untuk mengajak para peserta mengenali program INOVASI secara umum dan program rintisan PELITA di Kabupaten Sumbawa Barat secara khusus.
Perwakilan program INOVASI, Sri Widuri selaku Education Adviser INOVASI di Provinsi
NTB, mengawali pembukaan kegiatan sosialisasi. Sri menyampaikan, bahwa melalui sosialisasi ini, INOVASI ingin mengajak para peserta untuk turut serta mengubah perspektif dalam melihat masalah, bahwa adanya anak-anak yang tidak atau belum bisa membaca dan menulis di antara anak-anak lain di jenjang sekolah yang sama merupakan suatu masalah yang perlu disadari.
"Pada praktiknya INOVASI juga mendukung pihak sekolah untuk mengenali potensi lokal
untuk meramu solusi lokal yang sederhana demi menjawab permasalahan yang ada," tambah Sri.
Dari pemerintah daerah, turut hadir Drs. Tajuddin, M.Si selaku Kepala Dinas Dikpora Kabupaten Sumbawa Barat. Tajuddin menjabarkan bahwa para guru sudah memiliki pengakuan secara professional untuk mengajar namun kemampuan guru masih terbatas dan perlu ditingkatkan.
"Lebih dari 70% guru sudah memiliki beragam sertifikasi terkait kemampuan mengajar. Maka,
model yang dibawa program rintisan PELITA harusnya bukan model yang asing lagi. Yang
dibutuhkan hanyalah meningkatkan atau meng-upgrade kemampuan yang seharusnya sudah
ada. Sama halnya juga di kalangan kepala sekolah yang sudah memenuhi standar," jelas
Tajuddin.
Beliau menjelaskan bahwa tidak semua guru memiliki kesiapan mengajar yang baik. Banyak
guru yang berjalan begitu saja tanpa ada target yang jelas dalam mengajar. Tiga strategi
utama pembangunan pendidikan pun diungkapkan Tajuddin, yaitu; pemerataan, peningkatan
dan penguatan mutu pendidikan, serta efisiensi. Tajuddin menyebut tiga strategi tersebut
sebagai kunci utama meningkatkan mutu pendidikan, khususnya di Kabupaten Sumbawa
Barat.
"Tidak ada bangsa daerah yang bisa lebih maju daripada bangsa daerah lain tanpa sumber
daya manusia yang unggu dan berkualitas," ungkap Tajuddin memotivasi para guru untuk
aktif turut serta dalam program rintisan PELITA.
Dengan tujuan meningkatkan hasil belajar literasi di kalangan siswa kelas awal di sekolah-
sekolah dasar, program rintisan PELITA telah melewati tahap pra rintisan yang diimplementasikan tahun 2017 lalu. Kini PELITA memasuki tahap rintisan untuk meningkatkan
pemahaman guru dalam berbagai hal. Para guru, kepala sekolah, dan pengawas, dari
berbagai sekolah sasaran di Kabupaten Sumbawa Barat, diajak berupaya meningkatkan
kemampuan terkait; tahap dan pendekatan pembelajaran literasi awal, penggunaan strategi
dan metode pengajaran literasi yang relevan, dan keterampilan dalam mengidentifikasi dan
mengembangkan materi dan media literasi yang juga relevan.
Wakil Bupati Kabupaten Sumbawa Barat, Fud Syaifuddin, ST turut menyampaikan apresiasi
dan respon positifnya terhadap program rintisan PELITA. Melalui sambutannya yang
sekaligus resmi membuka kegiatan sosialisasi, Fud mengungkapkan bahwa upaya
meningkatkan literasi sebenarnya merupakan program wajib pemerintah yang tergeser
perhatiannya setelah adanya kewajiban belajar 12 tahun.
"Maka dari itu, kami bersyukur dengan adanya program INOVASI, khususnya program rintisan
PELITA di Kabupaten Sumbawa Barat. Program peningkatan kualitas pembelajaran literasi
ini sangat berguna, tidak hanya bagi para murid, tetapi juga para guru," ungkap Fud nyatakan
apresiasinya.
Dalam wawancara eksklusif dengan WaBup, Fud sempat menyatakan tantangan para guru
dan pihak sekolah lainnya dalam beradaptasi dengan program ini. Minat baca masyarakat
diakuinya rendah. Fud berharap melalui program ini, pihak sekolah dapat lebih peka dan
mampu mengenali masalah di bidang literasi.
"Saya harap, program ini juga dikawal secara khusus oleh Dinas Dikpora untuk melihat 'plus-
minus' dalam implementasi, imbas, dan apakah berbanding lurus dengan anggaran atau
tidak," tambah Fud ungkapkan harapannya.
Selain itu, program INOVASI juga mengundang perwakilan DPRD Kabupaten Sumbawa
Barat, Drs. Tamsil selaku Ketua Komisi I untuk turut menyaksikan pembukaan kegiatan
sosialisasi. Setelah pembukaan, kegiatan sosialisasi dilanjutkan dengan presentasi program INOVASI secara umum dan program rintisan PELITA khususnya, terkait pencapaian tahap
pra rintisan dan rencana kegiatan tahap rintisan tahun ini. Kegiatan sosialisasi akan
dilanjutkan secara lebih rinci dan detail di wilayah gugus sebagai tempat berdiskusi para pihak
yang terlibat dalam program rintisan PELITA di Kabupaten Sumbawa Barat. Rangkaian
kegiatan sosialisasi diharapkan dapat menyamaratakan perspektif para pemangku
kepentingan termasuk guru dan kepala sekolah sebagai ujung tombak nasib pendidikan
generasi bangsa, untuk sama-sama meramu solusi lokal bagi masalah lokal, demi mengawal
anak-anak mencapai tujuan mereka yaitu meningkatnya kemampuan baca tulis sesuai
dengan jenjangnya. Am