Sumber gambar: bmkg.go.id |
Data BMKG menyebutkan, gempa tektonik pada kedalaman 100 Km di bawah permukaan laut ini tidak berpotensi menimbulkan gelombang air pasang atau tsunami.
Pusat gempa berada pada titik koordinat antara 6,31 Lintang Selatan dan 130.43 Bujur Timur, namun sejauh ini belum adanya laporan terkait dampak dari gempa tersebut.
Sejak akhir 2017 lalu, para pakar telah memprediksikan akan terjadinya peningkatan aktivitas gempa tektonik akibat pergeseran lempengan bumi.
Pada Senin (26/2) 2018, gempa tektonik berkekuatan 6,0 SR mengguncang Pulau Buru, Provinsi Maluku sekitar pukul 20.34.54 WIB pada kedalaman 10 Km.
Gempa dangkal di laut ini berada pada lokasi 2.62 LS dan 126.73 BT, terletak sekitar 79 Km arah timu laut Pulau Buru atau 201,97 Km dari Pulau Ambon.
Gempa tersebut dirasakan masyarakat Namlea, Ibu Kota Kabupaten Buru antara III-IV MMI dan warga Kairatu (Pulau Seram), Kabupaten Seram Bagian Barat sekitar II-III MMI.
Kemudian keesokan harinya tanggal 27 Februari 2017, wilayah tersebut kembali diguncang gempa tetktonik berkekuatan 5,0 SR dengan kedalaman 10 Km pada lokasi 2,64 LS dan 126,78 BT.
Selanjutnya terjadi lagi gempa tektonik di wilayah Padangpariaman dan dua kali melanda wilayah Papua.