Sihar saat berkunjung di Situs Geopark |Foto: Istimewa |
DOLOK SANGGUL,- Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Sumatera Utara (Sumut) Sihar Sitorus mengharapkan semua pihak menjaga dan melestarikan Geopark Kaldera Toba (GKT). Pasangan Djarot Saiful Hidayat dengan nomor urut dua tersebut menilai bahwa, GKT dapat menjembatani kesejahteraan masyarakat Sumut secara global, khususnya yang berada di seputaran Danau Toba.
Potensi itu ia lihat saat berkunjung ke Humbang Hasundutan (Humbahas). Disana Sihar Sitorus menyambangi beragam situs GKT yang berkaitan dengan geodiversity, cunturediversity dan biodiversity. Menurutnya, keaneka ragaman hayati, budaya dan geologi tersebut merupakan aset yang dapat dimanfaatkan membangun kejayaan Sumut.
Pasangan Calon (Paslon) yang diusung PDI Perjuangan dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tersebut memaparkan, Danau Toba yang merupakan danau vulkanik terbesar di dunia adalah aset pariwisata yang penting bagi, Sumut dan juga Indonesia.
Keindahan geofisik dan sejarah terbentuknya Kaldera Danau Toba adalah adalah keunikan alam yang dianugerahkan Tuhan untuk Sumut. Karena potensi berupa batuan, mineral, fosil, struktur dan bentang alam layak untuk dikembangkan menjadi Wisata Geologi.
"Dari aspek geo saya melihat kekayaan bebatuan yang beragam. Batuan sisa letusan gunung Toba jutaan tahun silam yang sangat menakjubkan. Dan tidak berhenti sampai disitu. Kondisi geografis itu juga yang mempengaruhi budaya masyarakat di sekitarnya. Baik dalam keberlangsungan hidup, termasuk bercocok tanam maupun budaya sosialnya," ujar Sihar.
Sihar menyatakan, warisan geologi harus dijadikan implementasi dalam strategi pengembangan ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat. Hal itu pun harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan dengan kelestarian alam. Contohnya hasil letusan gunung Toba memberikan banyak kekayaan alam yang dapat di eksplorasi dengan baik.
Seperti pengelolaan kemenyan atau haminjon di Humbahas. Dimana para petani hidup berdampingan dengan sangat baik bersama hutan. Mereka mengelola hutan kemenyan dengan cara kultural yang unik dan bersahabat dengan alam.
Dari aspek konservasi dan ekonomi kerakyatannya hal itu tentu sangat bagus. Karena, meski banyak masyarakat di hamparan pengunungan Danau Toba yang hidup dan bergantung pada getah kemenyan yang di kelola secara turun temurun, tetap tidak merusak hutan.
"Itu contoh menarik dari kawasan Pollung, Humbahas. Jadi tinggal mengedukasi mereka masyarakat agar melestarikan tradisi penyadapan getah kemenyan yang bersahabat dengan alam. Dan mempromosikannya sebagai atraksi pariwisata yang memberikan nilai lebih," katanya.
Disisi lain, bagi Sihar Geopark berimplementasi memberi peluang bagi penciptaan lapangan pekerjaan untuk masyarakat setempat dalam hal memperoleh keuntungan ekonomi secara nyata. Hal itu bisa diambil melalui industri pariwisata atau industri kreatif lainnya. Karena sesungguhnya kekayaan geologi tersebut berhubungan dengan aspek lingkungan alam dan budaya.
"Contohnya saya berkunjung ke Istana Sisingamangaraja di Simamora, Bakara. Disana kita menemukan satu cerita budaya yang berkaitan dengan sejarah kebangsaan dan penataan sosial warga Batak. Selain itu ada juga tradisi bercocok tanam yang menggunakan keahlian budaya dengan menggunakan batu yang disebut Batu Siukapukapon. Termasuk penataan sistem irigasi air di Tipang dengan tradisi Sihali Aek," katanya.
Sihar mengatakan hal lain yang harus dilihat adalah, pengembangan geoproduk daerah yang saat ini sudah dimulai Humbahas. Seperti pembuatan geoproduk kopi Arabika Lintong. Produk tersebut juga sudah memiliki Indikasi Geografis atau pengakuan dari pemerintah.
"Dengan kata lain, Humbahas sudah mempersiapkan diri menuju ke sana dan harus di dukung. Daerah lain juga kita harapkan nantinya mengikuti itu," katanya.(red/rls)