Ketua DPRD Blora dalam rapat paripurna penyampaian rekomendasi LKPJ 2016 menyoroti tentang investasi dan pembukaan lowongan kerja. (foto: ip-infoblora) |
Dalam rapat paripurna DPRD yang diselenggarakan Jumat (28/4/2017) dengan agenda Penyampaian Rekomendasi atas Lapongan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati tahun 2016, Ketua DPRD Bambang Susilo membahas hal itu. Menurutnya dari 7 visi yang diusung Bupati dan Wakilnya ada satu yang hasilnya belum maksimal, yakni iklim investasi dan pembukaan lowongan pekerjaan.
Ia mengemukakan, berdasarkan pengukuran aspek kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah, di tahun 2016 seluruh aspek prestasinya belum cukup membanggakan. "Memang sudah ada peningkatan akan tetapi capaiannya belum progresif,'' tandasnya sambil membacakan rekomendasi DPRD atas LKPJ Bupati 2016 dalam rapat paripurna.
Karena ada salah satu visi yang belum memenuhi target. Untuk itu, kata Bambang, DPRD merekomendasikan agar capaian tahun berikutnya sesuai dengan target RPJMD maka program dan kegiatan serta pendanaan APBD perubahan 2017 hendaknya diprioritaskan untuk pencapaian indikator kinerja.
"Yakni dalam rangka meningkatkan iklim kondusif dan kerjasama dengan pihak-pihak berkepentingan serta menciptakan lapangan kerja dan pengembangan investasi,'' ujarnya.
Adapun Bupati Djoko Nugroho mengakui iklim investasi di kabupaten yang dipimpinnya sangat perlu ditingkatkan.
"Dari tujuh misi, satu misi pencapaiannya masih kurang bagus, yakni investasi di daerah. Kami bertekad di tahun-tahun yang akan datang misi yang masih kurang itu akan diperbaiki seoptimal mungkin,'' ujar Bupati Djoko Nugroho.
Djoko Nugroho yang menjabat bupati Blora dua periode itu mengungkapkan, salah satu faktor utama mengapa iklim investasi di Blora masih belum menggembirakan adalah letak geografis.
"Sebagian besar calon investor yang hendak berinvestasi di Blora mengeluhkan jarak Blora yang relatif jauh dengan ibu kota provinsi maupun kota besar,'' tandasnya.
Dia lantas mencontohkan, Blora merupakan kabupaten dengan populasi ternak sapi terbesar di Jateng. Blora juga penghasil jagung terbesar kedua di Jateng setelah Kabupaten Grobogan. Namun menurutnya, hal itu belum menjadi magnet bagi investor menanamkan modalnya di Blora.
''Investor memilih membangun pabrik pengolahan jagung di Grobogan. Sedangkan pabrik yang terkait dengan peternakan malah dibangun di Bojonegoro. Investor mengeluhkan jarak Blora yang jauh,'' katanya.
Menurutnya, faktor jarak itu terkait erat dengan kondisi jalan. Padahal, kata Djoko Nugroho, Pemkab Blora telah berupaya semaksimal mungkin memperbaiki kerusakan jalan. Program tersebut mendapatkan dukungan penuh Pemprov Jateng dan Pemerintah Pusat.
''Mudah-mudahan dengan kondisi ruas jalan yang sudah bagus terlebih lagi ruas jalan Rembang-Blora-Cepu telah berubah statusnya dari jalan Provinsi Jateng menjadi jalan nasional, investor akan berdatangan ke Blora,'' pungkasnya. (ip-infoblora)