BERITA MALUKU. Para nelayan tradisional diimbau mewaspadai hujan lebat disertai petir di wilayah perbatasan Maluku dengan sejumlah negara tetangga pada beberapa hari ke depan.
Kepala BMKG Stasiun Pattimura Ambon, George Mahubessy, Minggu (30/5/2017) mengatakan kondisi cuaca ini dipengaruhi adanya awan gelap (Cumulonimbus) di lokasi tersebut dapat menimbulkan angin kencang dan menambah tinggi gelombang.
Para nelayan itu umumnya berasal dari Kepulauan Babar, kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), Kepulauan Tanimbar, kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) dan laut Arafura, kabupaten Kepulauan Aru.
Pertimbangannya, kabupaten MBD dan MTB secara geografis dekat dengan Timor Leste maupun Australia.
Sedangkan, kabupaten Kepulauan Aru letaknya dekat Australia.
"Syukurlah gelombang di tiga kawasan tersebut relatif berkisar 1,25 meter ," ujarnya.
Hanya saja, para nelayan yang hendak menangkap ikan jangan memaksakan diri melaut dengan mengandalkan armada tradisional.
Armada tradisional tidak kuat menahan kondisi cuaca tersebut dengan sewaktu - waktu terjadi perubahan kecepatan angin sehingga memengaruhi tinggi gelombang.
"Jadi imbauan kondisi cuaca telah disampaikan melalui masing - masing Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di sembilan kabupaten dan dua kota, termasuk para Bupati maupun Wali Kota," kata George.
Dia mengingatkan, bila terjadi kondisi cuaca ekstrem, maka Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon berwenang tidak memberikan izin berlayar, bahkan sekiranya dipandang perlu aktivitas pelayaran untuk sementara ditutup sambil menunggu laporan perkembangan cuaca terbaru.
Para pengguna jasa transportasi juga hendaknya memaklumi bila terjadi penundaan dan keterlambatan jadwal keberangkatan kapal laut akibat faktor cuaca karena pertimbangan perlunya memprioritaskan keselamatan.
Kepala BMKG Stasiun Pattimura Ambon, George Mahubessy, Minggu (30/5/2017) mengatakan kondisi cuaca ini dipengaruhi adanya awan gelap (Cumulonimbus) di lokasi tersebut dapat menimbulkan angin kencang dan menambah tinggi gelombang.
Para nelayan itu umumnya berasal dari Kepulauan Babar, kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), Kepulauan Tanimbar, kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) dan laut Arafura, kabupaten Kepulauan Aru.
Pertimbangannya, kabupaten MBD dan MTB secara geografis dekat dengan Timor Leste maupun Australia.
Sedangkan, kabupaten Kepulauan Aru letaknya dekat Australia.
"Syukurlah gelombang di tiga kawasan tersebut relatif berkisar 1,25 meter ," ujarnya.
Hanya saja, para nelayan yang hendak menangkap ikan jangan memaksakan diri melaut dengan mengandalkan armada tradisional.
Armada tradisional tidak kuat menahan kondisi cuaca tersebut dengan sewaktu - waktu terjadi perubahan kecepatan angin sehingga memengaruhi tinggi gelombang.
"Jadi imbauan kondisi cuaca telah disampaikan melalui masing - masing Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di sembilan kabupaten dan dua kota, termasuk para Bupati maupun Wali Kota," kata George.
Dia mengingatkan, bila terjadi kondisi cuaca ekstrem, maka Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon berwenang tidak memberikan izin berlayar, bahkan sekiranya dipandang perlu aktivitas pelayaran untuk sementara ditutup sambil menunggu laporan perkembangan cuaca terbaru.
Para pengguna jasa transportasi juga hendaknya memaklumi bila terjadi penundaan dan keterlambatan jadwal keberangkatan kapal laut akibat faktor cuaca karena pertimbangan perlunya memprioritaskan keselamatan.