Ilustrasi |
Ada baiknya kita mengakhiri tahun ini dengan memanjatkan doa dan minta pengampunan.
Seperti dilansir laman NU.or.id, Berikut ini doa yang dibaca Rasulullah SAW di akhir tahun.
Doa ini dicantumkan oleh Sayid Utsman bin Yahya dalam karyanya Maslakul Akhyar sebagai berikut.
Allâhumma mâ 'amiltu min 'amalin fî hâdzihis sanati mâ nahaitanî 'anhu, wa lam atub minhu, wa hamalta fîhâ 'alayya bi fadhlika ba'da qudratika 'alâ 'uqûbatî, wa da'autanî ilat taubati min ba'di jarâ'atî 'alâ ma'shiyatik.
Fa innî astaghfiruka, faghfirlî wa mâ 'amiltu fîhâ mimmâ tardhâ, wa wa'attanî 'alaihits tsawâba, fa'as'aluka an tataqabbala minnî wa lâ taqtha' rajâ'î minka yâ karîm.
Artinya:
Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang termasuk Kau larang-sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau maklumi karena kemurahan-Mu-sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau perintahkan untuk tobat-sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu.
Karenanya aku memohon ampun kepada-Mu.
Ampunilah aku.
Tuhanku, aku berharap Kau menerima perbuatanku yang Kau ridhai di tahun ini dan perbuatanku yang terjanjikan pahala-Mu.
Janganlah pupuskan harapanku.
Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah.
Doa yang dibaca sebanyak tiga kali ini diharapkan menjadi akhir tahun yang baik.
Semoga Allah menerima doa yang kita baca di akhir Dzulhijjah tahun ini.
Tradisi Malam Satu Suro
Sabtu, (1/10/2016) kali ini bertepatan dengan malam satu Suro yang dianggap sebagai malam yang unik.
Malam satu Suro juga tak jauh dari tradisiyang budaya dari beberapa daerah di Jawa yang percaya bahwa malam ini adalah malam yang istimewa.
Satu Suro bertepatan dengan satu Muharram dalam kalender hijriyah yang diterbitakan oleh Sultan Agung.
Masyarakat Jawa yang mengangap malam ini sebagai malam keramat, apalagi jatuh pada jumat legi, malam satu suro dikaitkan dengan hal-hal mistis dan berfilosofi.
Dalam tradisi tersebut pastinya ada hoistoris peristiwa penting yang terjadi pada bulan Suro.
Khususnya bagi yang menganut agama islam, yang berafiliasi dengan kebudayaan Mataram Jawa - Hindu.
Lalu apa saja tradisi ataupun ritual yang rutin dijalankan pada malam satu suro.
Berikut tradisi dan ritual tersebut.
1. Kirab Kebo Bule
Kirab Kebo bule saat malam satu suro di Solo, Kamis (15/10/2015). |
Bagi kamu yang tinggal di Solo dan sekitarnya pasti sudah tak asing dengan yang namanya kirab kebo bule.
Tradisi krab kebo bule ini dilakukan oleh Keraton Kasunanan Surakarta, dimana ada sekawanan kebo bule yang dipercaya keramat, yakni kebo bule Kyai Slamet.
Bukan kebo bule biasa tentunya, kerbau ni adalah hewan pusaka milik kraton.
Kebo bule akan melakukan kirab bersama abdi dalem kraton yang mengenakan baju adat dan berjalan mengelilingi kraton.
Uniknya saat kebo bule ini diarak akan ada banyak orang yang mengikutinya atau biasa di sebut kirab, mereka akan berlomba menyentuh tubuh kebo bule tersebut.
Tak hanya itu saja mereka juga menunggu sekawanan kebo bule ini buang kotoran, kotoran ini akan menjadi rebutan warga.
Dipercaya kotoran kebo bule ini sebagai tradisi nglap berkah Kyai Slamet.
2. Ngumbah Keris
Ilustasi ©2012 Merdeka.com/parwito |
Ngumbah keris atau dalam bahasa Jawa disebut dengan mencuci keris ini biasa dilakukan dalam menyambut malam satu suro.
Benda pusaka keris ini tentu bukan keris biasa yang dijual di jalan-jalan, konon keris yang dicuci memiliki ajian atau ilmu supranatural di dalamnya.
Ngumbah keris menjadi salah satu kegiatan spiritual yang cukup sakral bagi yang memilikinya.
Mencucinya juga tak sembarangan, menyiapkan kain putih atau mori dan air yang telah diberi bunga mawar sebagai alat untuk mencucinya.
Beberapa makanan juga disiapkan sebagai sesajen saat ritual mengumbah keris ini.
Ngumbah keris juga memiliki makna dan tujuan luhur.