Cuaca yang tak menentu sejak terjadinya anomali cuaca, membuat petani butuh waktu sampai seminggu agar gabah yang dijemur bisa kering optimal. Padahal biasanya, gabah hasil panen cukup dua hari dijemur di bawah sinar matahari.
"Ini mau seminggu gak kering-kering. Saban hari hujan terus. Kemarin sudah hampir kering, eh sorenya malah kehujanan. Terpaksa dijemur lagi," kata Wawang, petani di Kecamatan Anjatan, Sabtu (29/10/2016).
Dia mengungkapkan, dalam sehari hanya bisa menjemur padi selama 3 jam. Mulai dari pukul 09.00 sampai 12 siang. Sebab, jika sudah lewat tengah hari, cuaca biasanya berubah mendung dan mulai hujan rintik-rintik.
Kadang pula hujan turun tak mengenal waktu. Ketika sedang asyik beristirahat melepas lelah, mendadak hujan tanpa terlebih dahulu memberi tanda mendung. Dia pun kelimpungan mengamankan gabah dari siraman air.
"Gak ada mendung, hujannya langsung bregg..bregg. Sampai jemuran gabahnya gak ketolong. Basah semua jadinya," ucap dia seperti dilansir Radar Indramayu.
Petani lainnya, Dirta menjelaskan, sebelum dijual, gabah yang baru dipanen memang harus dijemur terlebih dulu. Pasalnya, tengkulak tidak mau membeli gabah yang basah.
Ia dan petani lainnya pun langsung menjemur gabah yang baru dipanennya saat cuaca cerah. Namun ketika baru selesai menjemur gabah, hujan tiba-tiba turun , ia pun harus kembali mengamankan gabahnya kembali, dan hanya bisa pasrah dan terus berdoa agar cuaca menjadi cerah pada siang hari.
"Musim hujan seperti ini memang menyulitkan untuk menjemur gabah. Tapi bagi kami para petani, pantang menyesali hujan yang turun. Pamali. Hujan itu berkah, anugerah dari Allah SWT," tutur dia. (Radar/WD)