Alberto Fernandez |
Mendaoat lebih dari 45 persen suara, Fernandez berhasil mengalahkan petahana konservatif Mauricio Macri dalam pilpres yang berlangsung pada Minggu 27 Oktober.
Dilansir dari BBC, Senin 28 Oktober 2019, ribuan pendukung Fernandez berkumpul di markas besar oposisi untuk merayakan kemenangan. Pilpres Argentina digelar di tengah krisis ekonomi: sepertiga dari total penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.
Mengakui kekalahan, Macri telah mengucapkan selamat kepada lawan politiknya. Ia mengundang Fernandez untuk datang ke istana kenegaraan untuk mendiskusikan pemindahan kekuasaan.
Fernandez kemudian mengatakan kepada para pendukungnya bahwa ia akan berkolaborasi dengan Macri "dalam segala urusan" demi kemajuan perekonomian Argentina.
Dengan lebih dari 90 persen suara yang telah dihitung, Fernandez mendapat 47,79 persen dan Macri hanya 40,17 persen.
Seorang kandidat dalam pilpres Argentina membutuhkan sedikitnya 45 persen, atau 40 persen dengan keunggulan 10 poin, untuk dapat menang dalam putaran pertama. Karena raihan suara Fernandez berada di atas 45 persen, maka putaran kedua tidak diperlukan.
Berkumpul di markas politik Fernandez di Buenos Aires, para pendukung menyuarakan harapan mereka untuk masa depan Argentina yang lebih cerah.
"Kami senang karena sebuah pemerintahan yang memikirkan nasib rakyatnya telah hadir kembali," tutur Paola Fiore, seorang pendukung Fernandez.
Berdasarkan data resmi pemerintah Argentina, perekonomian negara goyah karena melonjaknya angka pengangguran, inflasi serta kemiskinan dalam beberapa tahun terakhir.
Terdapat enam kandidat dalam pilpres, namun yang menjadi sorotan hanya Fernandez dan Macri.
Macri berkuasa empat tahun lalu dengan janji akan menghidupkan kembali sektor perekonomian Argentina. Namun banyak pihak mengatakan kondisi di Argentina jauh lebih buruk di bawah Macri ketimbang Cristina Fernandez de Kirchner.
Sempat menjanjikan program "zero Poverty" atau "tidak ada kemiskinan sama sekali," Macri adalah presiden konservatif pertama yang menang dalam pemilu adil dan bebas di Argentina sejak 1916.
Sekitar 35 persen dari total populasi Argentina atau berkisar 15 juta orang, hidup di bawah garis kemiskinan selama 4 tahun usai Macri berkuasa.