SINAR NGAWI™ Ngawi-Jelang HUT Kabupaten Ngawi yang ke-661 tahun 2019, perhelatan sakral tahunan jamasan pusaka yang merupakan warisan budaya para leluhur kembali dilakukan bertempat di Pendopo Wedya Graha. Bupati Ngawi, Budi Sulistyono memaparkan bahwa kegiatan semacam ini guna melestarikan budaya kearifan lokal, sehingga generasi muda bisa menghargai perjuangan para leluhur.
"Ritual jamasan pusaka tidak bisa dilepaskan dengan sejarah awal berdirinya Kabupaten Ngawi, dengan demikian keberadaanya harus dilestarikan supaya generasi penerus akan tahu makna yang terkandung didalamnya," terang dia.Jalannya upacara adat ini berlangsung khidmat, dengan lantunan gending khas Jawa dan diikuti oleh Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) serta para staf dilingkungan Pemkab Ngawi dengan memakai pakaian adat kejawen.
Jamasan pusaka dilakukan oleh sesepuh agung Ki Subandi satu persatu pusaka yang cukup memiliki filosofi ini disiram dengan beberapa rupa kembang dan sesaji lainya dengan diikuti dengan kalimat mantra.
Sebelumnya pusaka milik Pemkab Ngawi ini diboyong dari plangkanya yang ada didalam Pendopo Wedya Graha dengan dikawal oleh lima sesepuh yang dipimpin oleh Ki Sugito yang merupakan Ketua Permadani Cabang Ngawi.
Sesuai rencana pada Selasa (02/07), Bupati Ngawi beserta wakilnya dan para staf melakukan ziarah ke makam leluhur.
Antara lain makam Raden Tumenggung Poerwodiprojo yang ada di belakang Masjid Jamii Baiturrahman Ngawi, makam Patih Pringgo Koesoemo di Ngawi Purba, makam Raden Adipati Kertonegoro di gunung Sarean Kecamatan Sine dan di akhiri ke makam Raden Patih Ronggolono dan Putri Cempo di Desa Tawangrejo, Kecamatan Ngrambe.
Pewarta: Kun/pr
Editor: Kuncoro