BERITA MALUKU. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP dan PA), Yohana Yembise mengikuti kegiatan Outdoor Classroom Day (OCDay) atau Hari Belajar Di Luar Kelas bersama ratusan siswa-siswi di SDN 2 Lateri, Ambon, Kamis (1/11).
Kegiatan OCDay merupakan kegiatan yang dilangsungkan secara serentak di Indonesia dalam rangka memperingati Hari Anak Internasional, yang dimulai sejak tahun 2017 dan menjadi terbaik kedua setelah London karena banyaknya jumlah sekolah yang mengikuti. Tahun ini, kurang lebih 347.758 anak dari 400 sekolah diberbagai wilayah Indonesia terdaftar ikut serta.
"Kegiatan OCDay atau Hari Belajar Di Luar Kelas selaras dengan arahan Presiden yang meminta sekolah untuk melakukan proses pembelajaran di luar kelas. Hal ini agar proses pembelajaran bagi anak menjadi menyenangkan dan tidak membosankan, juga bisa meningkatkan kemandirian serta kreativitas mereka," kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Yembise saat mengikuti kegiatan OCDay bersama ratusan siswa di SDN 2 Lateri, Ambon.
Dikatakan, OCDay sebagai upaya untuk memberikan kesempatan kepada siswa-siswi untuk belajar diluar kelas, ,mempelajari disekeliling sekolah serta berkreasi bersama teman-teman di sekolah menikmati masa anak-anak, sehingga anak bisa tumbuh dan berkembang.
"Jadi jangan sepenuhnya proses belajar mengajar di dalam kelas, tetapi di kelas maupun sekolah juga perlu diperkenalkan kepada anak-anak. mempelajari pohon, manusia, kendaraan, benda hidup maupun benda mati, itu adalah ilmu yang memang harus dipelajari dan diketahui oleh anak-anak," ujarnya.
Dirinya mengungkapkan, kegiatan belajar di luar kelas atau OCDay merupakan salah satu bentuk kegiatan mendukung Sekolah Ramah Anak (SRA). Di Indonesia, saat ini telah terdapat 11.097 Sekolah Ramah Anak (SRA) di 236 Kabupaten/Kota di 34 provinsi.
"Ada beberapa indicator sehingga ditetapkan SRA, diantaranya tidak ada buling, sekolah bebas dari rokok, bebas minuman keras dan kekerasan di sekolah, harus ada kantin, klinik yang ditangani langsung oleh anak didampinggi oleh Guru, dan Rumah Sakit rujukan disekitar sekolah (puskesmas)," tuturnya.
Sedangkan untuk Kota/Kabupaten ramah, jelasnya, di Indonesia sudah ada 389 kabupaten/kota di seluruh Indonesia, yang sudah menginisiasi untuk ditetapkan sebagai daerah ramah anak, salah satunya kota Ambon yang akan dilaunching 3 Nopember mendatang sebagai kota ramah anak.
Dirinya menuturkan, ada beberapa indicator jika kota/kabupatem maupun provinsi ditetapkan sebagai ramah anak, diantaranya anak semua bersekolah, tidak boleh anak yang tidak bersekolah, tidak ada anak jalanan, ada tempat rekreasi, taman bermain untuk anak, ruang kreatifitas anak, sekolah ramah anak, puskesmas ramah anak dan lain sebagainya.
"Jika semuanya terpenuhi maka tentu ditetapkan sebagai kota/kabupaten ramah anak, dan akan diberikan penghargaan mulai pratama, madya, nindya, utama. Dari daerah seluruh Indonesia, hanya baru kota Solo yang Surabaya yang ditetapkan sebagai kota ramah anak," tuturnya.
Kegiatan OCDay merupakan kegiatan yang dilangsungkan secara serentak di Indonesia dalam rangka memperingati Hari Anak Internasional, yang dimulai sejak tahun 2017 dan menjadi terbaik kedua setelah London karena banyaknya jumlah sekolah yang mengikuti. Tahun ini, kurang lebih 347.758 anak dari 400 sekolah diberbagai wilayah Indonesia terdaftar ikut serta.
"Kegiatan OCDay atau Hari Belajar Di Luar Kelas selaras dengan arahan Presiden yang meminta sekolah untuk melakukan proses pembelajaran di luar kelas. Hal ini agar proses pembelajaran bagi anak menjadi menyenangkan dan tidak membosankan, juga bisa meningkatkan kemandirian serta kreativitas mereka," kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Yembise saat mengikuti kegiatan OCDay bersama ratusan siswa di SDN 2 Lateri, Ambon.
Dikatakan, OCDay sebagai upaya untuk memberikan kesempatan kepada siswa-siswi untuk belajar diluar kelas, ,mempelajari disekeliling sekolah serta berkreasi bersama teman-teman di sekolah menikmati masa anak-anak, sehingga anak bisa tumbuh dan berkembang.
"Jadi jangan sepenuhnya proses belajar mengajar di dalam kelas, tetapi di kelas maupun sekolah juga perlu diperkenalkan kepada anak-anak. mempelajari pohon, manusia, kendaraan, benda hidup maupun benda mati, itu adalah ilmu yang memang harus dipelajari dan diketahui oleh anak-anak," ujarnya.
Dirinya mengungkapkan, kegiatan belajar di luar kelas atau OCDay merupakan salah satu bentuk kegiatan mendukung Sekolah Ramah Anak (SRA). Di Indonesia, saat ini telah terdapat 11.097 Sekolah Ramah Anak (SRA) di 236 Kabupaten/Kota di 34 provinsi.
"Ada beberapa indicator sehingga ditetapkan SRA, diantaranya tidak ada buling, sekolah bebas dari rokok, bebas minuman keras dan kekerasan di sekolah, harus ada kantin, klinik yang ditangani langsung oleh anak didampinggi oleh Guru, dan Rumah Sakit rujukan disekitar sekolah (puskesmas)," tuturnya.
Sedangkan untuk Kota/Kabupaten ramah, jelasnya, di Indonesia sudah ada 389 kabupaten/kota di seluruh Indonesia, yang sudah menginisiasi untuk ditetapkan sebagai daerah ramah anak, salah satunya kota Ambon yang akan dilaunching 3 Nopember mendatang sebagai kota ramah anak.
Dirinya menuturkan, ada beberapa indicator jika kota/kabupatem maupun provinsi ditetapkan sebagai ramah anak, diantaranya anak semua bersekolah, tidak boleh anak yang tidak bersekolah, tidak ada anak jalanan, ada tempat rekreasi, taman bermain untuk anak, ruang kreatifitas anak, sekolah ramah anak, puskesmas ramah anak dan lain sebagainya.
"Jika semuanya terpenuhi maka tentu ditetapkan sebagai kota/kabupaten ramah anak, dan akan diberikan penghargaan mulai pratama, madya, nindya, utama. Dari daerah seluruh Indonesia, hanya baru kota Solo yang Surabaya yang ditetapkan sebagai kota ramah anak," tuturnya.