Jakarta, Info Breaking News - Tan Sri Lee Kim Yew, seorang penganut Konghucu taat yang bersimpati pada Islam menyumbangkan mushaf Alquran sulaman raksasa kepada dunia Islam melalui Presiden Joko Widodo. Tan Sri Lee Kim Yew adalah seorang pengusaha besar warga negara Malaysia. Ia juga memimpin lembaga sosial yang berbasis di Malaysia, Cheng Ho Multicuture Education Trust.
Mushaf Alquran sulaman raksasa yang dibuat secara manual dengan tangan (hand-made) merupakan produk peradaban yang bernilai tinggi sebagai sumbangan dari masyarakat Tiongkok untuk dunia Islam. Mushaf ini dibuat oleh komunitas Muslim Haiyuan, Ningxia, Provinsi Otonomi Khusus Muslim di Tiongkok, yang memiliki tradisi kuat dalam menyulam.
Dalam rilis yang diterima redaksi, Minggu (3/6), disebutkan proses pengerjaaan sulaman mushaf sepanjang 17 meter ini membutuhkan ketelatenan dan keterampilan khusus sulam. Seorang penyulam profesional, dalam sehari maksimal hanya bisa menyelesaikan tiga baris tulisan Alquran.
Proses penyulaman Alquran.
Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerja Sama Antar-Agama dan Peradaban, Prof M Din Syamsuddin menjelaskan sumbangan mushaf itu bermula dari pertemuannya dengan Tan Sri. Din mengisahkan, sekitar setahun lalu saat bertemu di Kuala Lumpur, Tan Sri menceritakan bahwa sudah hampir dua tahun sejak 2015 dirinya meminta seorang ibu di Ningxia untuk menyulam mushaf Alquran raksasa.
"Tan Sri Lee berniat menyumbangkannya kepada umat Islam melalui raja Arab Saudi, yang dikenalnya sebagai pusat agama Islam. Lantas saya usulkan mengapa tidak melalui presiden Indonesia, negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia," kata Din.
Gayung bersambut, Tan Sri pun setuju dan meminta Din Syamsuddin mengirim proofreader untuk memastikan kebenaran penulisan mushaf. Pada Februari lalu, Din mengirim Dr Ghilmanul Wasath, alumnus Universitas Al-Azhar Mesir, ke Ningxia. Dari proofreadingtersebut diketahui hanya ada beberapa kesalahan minor yang segera diperbaiki.
Din Syamsuddin menjelaskan bahwa dipilihnya Indonesia sebagai pihak untuk menerima mushaf Alquran sulaman raksasa merupakan cerminan pentingnya posisi Indonesia bagi dunia Islam. Karenanya, penyerahan tersebut memberikan makna simbolik bagi kerukunan warga Tionghoa dan non-Tionghoa, sekaligus menjadi jembatan kebudayaan di Indonesia, serta merekatkan hubungan dan pemahaman budaya Tiongkok dan dunia Islam.
Din menyebut pembuatan mushaf Alquran sulaman ini sebagai proyek besar, bukan hanya karena besar secara fisik, tetapi kebesaran niat baik dari seorang non-Muslim untuk membuat mushaf Alquran sulaman.
Tan Sri telah mengeluarkan dana besar mewujudkan mushaf Alquran sulaman raksasa.
"Mungkin ini satu-satunya mushaf Alquran yang ditulis di atas kain dengan sulaman dan dalam ukuran besar yang ada di dunia. Pada hemat saya, mushaf Alquran sulaman besar yang dibuat di Tiongkok dan disumbang oleh seorang Tionghoa beragama Konghucu ini adalah lambang kedekatan Tiongkok/Tionghoa dengan Islam. Penyerahan mushaf ini kepada umat Islam adalah bentuk dialog antar-peradaban. Dialog itu menggunakan medium kitab suci, karena dialog antar-agama maupun antar-peradaban, haruslah berlangsung dalam kesucian hati dan pikiran. Kita semua, umat Islam di Indonesia, perlu berterima kasih kepada Tan Sri Lee Kim Yew atas sumbangan mushaf Alquran sulaman besar ini," katanya.
Lebih lanjut Din menyampaikan bahwa Tan Sri Lee Kim Yew juga berniat menyumbangkan sebuah masjid dari tembaga yang akan dibangun di Pesantren Modern Internasional Dea Malela di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Pesantren ini diasuh Din Syamsuddin.
"Semoga segera menjadi kenyataan," kata Din.
Dalam rangka penyerahan mushaf, Kantor Unit Kerja Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antar-Agama dan Peradaban bekerja sama dengan Cheng Ho Multi Culture Education Trust akan menyelenggarakan "Forum Dialog Islam-Konghucu" di Hotel Mandarin Oriental Jakarta, pada 4 Juni 2018 pukul 14.00-18.00 WIB. Dialog berskala regional ini merupakan wadah silaturahmi dan silatulfikri antara tokoh Muslim dan Tionghoa. Dialog akan dihadiri sekitar 60 tokoh Muslim dan Tionghoa dari Indonesia, Malaysia, dan Republik Rakyat Tiongkok, dan diakhiri dengan buka puasa bersama.