BERITA MALUKU. Pusat Penelitian Laut Dalam - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPLD-LIPI) mengamati kondisi Teluk Ambon bagian dalam ketika berlangsungnya feomena super blue-blood moon, Rabu (31/1/2018).
Pengamatan terkait kemungkinan terjadinya perubahan kondisi laut yang berbeda saat fenomena gerhana supermoon berlangsung, dilakukan di sekitar dermaga PPLD-LIPI di jalan Y. Syaranamual, Desa Poka, Kecamatan Teluk Ambon.
Dua peneliti, yakni Johanis Lekalette (ahli fisika oseanografi) dan Sem Likumahuwa (ahli plankton) beserta tiga orang asisten peneliti diterjunkan untuk melakukan pengamatan tersebut.
Sem Likumahuwa mengatakan pengamatan ilmiah akan lebih banyak difokuskan pada fisika laut, yakni perubahan signifikan yang mungkin terjadi saat super blue-blood moon berlangsung dan pengaruhnya terhadap biota laut.
"Kami juga akan mewawancarai nelayan yang beroperasi pada saat super moon berlangsung, apakah hasil tangkapan mereka berbeda dari biasanya atau bagaimana," katanya.
Kendati fenomena gerhana super blue-blood moon di Maluku berlangsung sekitar pukul 19.30 - 01.00 WIT, alat current meter dan tide recorder sudah dipasang di laut sekitar dermaga LIPI sejak pukul 16.30 WIT.
Current meter dipasang guna mengukur pola arus, sedangkan tide recorder untuk mengukur tinggi dan rendah air laut saat pasang maupun surut. Dua alat tersebut baru akan dilepas pada 2 Februari 2018 pada pukul 16.30 WIT.
Pemasangan current meter dan tide recorder sesaat sebelum dan sehari sesudah super blue-blood moon berlangsung, kata Sem, dimaksudkan agar bisa merekam secara akurat terjadinya perbedaan kondisi Teluk Ambon bagian dalam ketika fenomena tersebut terjadi.
"Dipasang lebih awal dan dilepas sehari sesudah supermoon agar kami bisa mendapatkan hasil lainnya sebagai perbandingan, apakah ada perubahan yang siginifikan atau tidak," katanya.
Menurut Johanis Lekalette, saat supermoon berlangsung posisi bulan sangat dekat dengan bumi dan mempengaruhi gaya gravitasi. Hal itu juga akan berdampak pada pola arus dan naiknya permukaan laut.
Di Teluk Ambon bagian dalam, perubahan pola arus akan sangat terlihat jelas di area yang dilewati Jembatan Merah Putih (JMP), yakni kawasan Tantui, Kecamatan Sirimau hingga Desa Poka.
Area tersebut merupakan pusat masuk keluarnya air laut dari Teluk Ambon bagian luar ke bagian dalam.
"Air laut di kawasan itu akan cenderung lebih tinggi saat pasang, begitupun sebaliknya," ucapnya.
Pengamatan terkait kemungkinan terjadinya perubahan kondisi laut yang berbeda saat fenomena gerhana supermoon berlangsung, dilakukan di sekitar dermaga PPLD-LIPI di jalan Y. Syaranamual, Desa Poka, Kecamatan Teluk Ambon.
Dua peneliti, yakni Johanis Lekalette (ahli fisika oseanografi) dan Sem Likumahuwa (ahli plankton) beserta tiga orang asisten peneliti diterjunkan untuk melakukan pengamatan tersebut.
Sem Likumahuwa mengatakan pengamatan ilmiah akan lebih banyak difokuskan pada fisika laut, yakni perubahan signifikan yang mungkin terjadi saat super blue-blood moon berlangsung dan pengaruhnya terhadap biota laut.
"Kami juga akan mewawancarai nelayan yang beroperasi pada saat super moon berlangsung, apakah hasil tangkapan mereka berbeda dari biasanya atau bagaimana," katanya.
Kendati fenomena gerhana super blue-blood moon di Maluku berlangsung sekitar pukul 19.30 - 01.00 WIT, alat current meter dan tide recorder sudah dipasang di laut sekitar dermaga LIPI sejak pukul 16.30 WIT.
Current meter dipasang guna mengukur pola arus, sedangkan tide recorder untuk mengukur tinggi dan rendah air laut saat pasang maupun surut. Dua alat tersebut baru akan dilepas pada 2 Februari 2018 pada pukul 16.30 WIT.
Pemasangan current meter dan tide recorder sesaat sebelum dan sehari sesudah super blue-blood moon berlangsung, kata Sem, dimaksudkan agar bisa merekam secara akurat terjadinya perbedaan kondisi Teluk Ambon bagian dalam ketika fenomena tersebut terjadi.
"Dipasang lebih awal dan dilepas sehari sesudah supermoon agar kami bisa mendapatkan hasil lainnya sebagai perbandingan, apakah ada perubahan yang siginifikan atau tidak," katanya.
Menurut Johanis Lekalette, saat supermoon berlangsung posisi bulan sangat dekat dengan bumi dan mempengaruhi gaya gravitasi. Hal itu juga akan berdampak pada pola arus dan naiknya permukaan laut.
Di Teluk Ambon bagian dalam, perubahan pola arus akan sangat terlihat jelas di area yang dilewati Jembatan Merah Putih (JMP), yakni kawasan Tantui, Kecamatan Sirimau hingga Desa Poka.
Area tersebut merupakan pusat masuk keluarnya air laut dari Teluk Ambon bagian luar ke bagian dalam.
"Air laut di kawasan itu akan cenderung lebih tinggi saat pasang, begitupun sebaliknya," ucapnya.