BERITA MALUKU. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau para nelayan tradisional mewaspadai hujan lebat disertai petir di Laut Arafura, Kabupaten Kepulauan Aru dalam beberapa hari ke depan.
Kepala BMKG Stasiun Pattimura Ambon, George Mahubessy dikonfirmasi, Kamis (4/1/2018) mengatakan cuaca di lokasi tersebut diprakirakan akan berawan gelap (Cumulonimbus) yang dapat menimbulkan angin kencang dan gelombang tinggi.
"Jadi harus diwaspadai karena Laut Arafura secara geografis dekat dengan Australia sehingga harus diperhatikan para nelayan tradisional karena gelombang di laut Arafura mencapai 1,25 meter," ujarnya.
Begitu pula, para nelayan tradisional sering "hanyut" keluar wilayah RI sehingga ditangkap pihak keamanan Australia.
Karena itu, para nelayan yang hendak menangkap ikan diminta tidak memaksakan diri melaut dengan mengandalkan kapal dan peralatan tradisional.
Kapal dan peralatan tradisional tidak kuat menahan kondisi cuaca tersebut dengan sewaktu-waktu terjadi perubahan kecepatan angin yang mengakibatkan gelombang laut naik.
"Jadi imbauan kondisi cuaca telah disampaikan melalui masing-masing Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di sembilan kabupaten dan dua kota, termasuk para bupati maupun wali kota," kata George.
Dia mengingatkan bila terjadi kondisi cuaca ekstrem maka Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon berwenang tidak memberikan izin berlayar, bahkan sekiranya dipandang perlu aktivitas pelayaran untuk sementara ditutup sambil menunggu laporan perkembangan cuaca terbaru.
"Para pengguna jasa transportasi juga hendaknya memaklumi bila terjadi penundaan dan keterlambatan jadwal keberangkatan kapal laut akibat faktor cuaca karena pertimbangan harus memprioritaskan keselamatan," kata George.
Kepala BMKG Stasiun Pattimura Ambon, George Mahubessy dikonfirmasi, Kamis (4/1/2018) mengatakan cuaca di lokasi tersebut diprakirakan akan berawan gelap (Cumulonimbus) yang dapat menimbulkan angin kencang dan gelombang tinggi.
"Jadi harus diwaspadai karena Laut Arafura secara geografis dekat dengan Australia sehingga harus diperhatikan para nelayan tradisional karena gelombang di laut Arafura mencapai 1,25 meter," ujarnya.
Begitu pula, para nelayan tradisional sering "hanyut" keluar wilayah RI sehingga ditangkap pihak keamanan Australia.
Karena itu, para nelayan yang hendak menangkap ikan diminta tidak memaksakan diri melaut dengan mengandalkan kapal dan peralatan tradisional.
Kapal dan peralatan tradisional tidak kuat menahan kondisi cuaca tersebut dengan sewaktu-waktu terjadi perubahan kecepatan angin yang mengakibatkan gelombang laut naik.
"Jadi imbauan kondisi cuaca telah disampaikan melalui masing-masing Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di sembilan kabupaten dan dua kota, termasuk para bupati maupun wali kota," kata George.
Dia mengingatkan bila terjadi kondisi cuaca ekstrem maka Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon berwenang tidak memberikan izin berlayar, bahkan sekiranya dipandang perlu aktivitas pelayaran untuk sementara ditutup sambil menunggu laporan perkembangan cuaca terbaru.
"Para pengguna jasa transportasi juga hendaknya memaklumi bila terjadi penundaan dan keterlambatan jadwal keberangkatan kapal laut akibat faktor cuaca karena pertimbangan harus memprioritaskan keselamatan," kata George.