BERITA MALUKU. Para nelayan tradisional diimbau mewaspadai hujan lebat disertai petir yang berpotensi terjadi di laut Banda, kabupaten Maluku Tengah pada beberapa hari ke depan.
Kepala BMKG Stasiun Pattimura Ambon, George Mahubessy, dikonfirmasi, Kamis (28/12/2017) mengatakan, kondisi cuaca ini dipengaruhi awan gelap (Cumulonimbus) yang bisa menimbulkan angin kencang dan menambah tinggi gelombang.
"Syukurlah gelombang di laut Banda relatif berkisar 1,25 meter," ujarnya.
Hanya saja, nelayan yang hendak melaut jangan memaksakan diri dengan mengandalkan armada tradisional.
"Armada tradisional berupa perahu berukuran relatif kecil tidak kuat menahan kondisi cuaca yang sewaktu-waktu bisa berbahaya akibat perubahan kecepatan angin yang mempengaruhi tinggi gelombang," kata George.
Dia mengemukakan, kondisi cuaca telah disampaikan melalui masing - masing Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di sembilan kabupaten dan dua kota se-Maluku.
"Para Bupati dan Wali Kota hendaknya mengingatkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) teknsi agar menginformasikan kondisi cuaca kepada masyarakat guna mengantisipasi musibah laut yang tidak diinginkan," tandas George.
Dia mengingatkan, bila terjadi kondisi cuaca ekstrem, Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon berwenang tidak memberikan izin berlayar, bahkan sekiranya dipandang perlu aktivitas pelayaran untuk sementara ditutup sambil menunggu laporan perkembangan cuaca terbaru.
"Para pengguna jasa transportasi juga hendaknya memaklumi bila terjadi penundaan dan keterlambatan jadwal keberangkatan kapal laut akibat faktor cuaca karena pertimbangan keselamatan," tandas George.
Kepala BMKG Stasiun Pattimura Ambon, George Mahubessy, dikonfirmasi, Kamis (28/12/2017) mengatakan, kondisi cuaca ini dipengaruhi awan gelap (Cumulonimbus) yang bisa menimbulkan angin kencang dan menambah tinggi gelombang.
"Syukurlah gelombang di laut Banda relatif berkisar 1,25 meter," ujarnya.
Hanya saja, nelayan yang hendak melaut jangan memaksakan diri dengan mengandalkan armada tradisional.
"Armada tradisional berupa perahu berukuran relatif kecil tidak kuat menahan kondisi cuaca yang sewaktu-waktu bisa berbahaya akibat perubahan kecepatan angin yang mempengaruhi tinggi gelombang," kata George.
Dia mengemukakan, kondisi cuaca telah disampaikan melalui masing - masing Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di sembilan kabupaten dan dua kota se-Maluku.
"Para Bupati dan Wali Kota hendaknya mengingatkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) teknsi agar menginformasikan kondisi cuaca kepada masyarakat guna mengantisipasi musibah laut yang tidak diinginkan," tandas George.
Dia mengingatkan, bila terjadi kondisi cuaca ekstrem, Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon berwenang tidak memberikan izin berlayar, bahkan sekiranya dipandang perlu aktivitas pelayaran untuk sementara ditutup sambil menunggu laporan perkembangan cuaca terbaru.
"Para pengguna jasa transportasi juga hendaknya memaklumi bila terjadi penundaan dan keterlambatan jadwal keberangkatan kapal laut akibat faktor cuaca karena pertimbangan keselamatan," tandas George.