SBOBET Indonesia - Okta, Rizal, dan Aslam tampak lusuh usai keluar dari kapal Jatra II di Dermaga IV, Pelabuhan Merak, Banten. Mereka menenteng sepeda diantar salah seorang petugas ASDP untuk keluar kapal.
Kisah awal mereka hingga memutuskan naik sepeda terbilang cukup panjang. Mulanya, seminggu sebelum bulan puasa, mereka berangkat dari rumah sang Ibu di Kebon Jeruk, Jakarta, untuk bertemu sang Nenek di Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
Dari penuturan Okta, kakak dari Rizal dan Aslam, ketiganya berangkat dari Jakarta menumpang dari satu truk ke truk lain. Mereka menyebutnya dengan istilah 'BM-BM-an'. Tak terhitung berapa kali mereka menumpang dari truk ke truk lain. Ada yang baik hati memberi tumpangan, namun ada juga yang lewat begitu saja tanpa menghiraukan.
"Hari Jumat sebelum bulan puasa itu, dari Jakarta ke Palembang naik truk. Sampe Palembang 4 hari 4 malem, hampir 5 hari," ujar Okta bercerita sesampainya di Pelabuhan Merak, Kamis (29/6/2017) malam.
Sepanjang perjalanan dari Dermaga IV ke kantor ASDP Merak, mereka terus dihujani pertanyaan awak media yang ingin mengetahui kisah mereka sampai nekat naik sepeda demi bertemu keluarga.
Mereka bercerita bahwa perjalanannya dari Jakarta ke Ogan Ilir, Sumatera Selatan memekan waktu hingga 4 hari 4 malam. Berbekal pakaian seadanya untuk menengok Nenek mereka yang tinggal di Kecamatan Indralaya, Igan Ilir, Sumsel.
"Di rumah Nenek kalau saya kerjanya jual plastik item (kantong kresek) di pasar. Buat tambah-tambah makan. Nenek juga sakit maag, saya beliin obat," kata Aslam menjawab hujanan pertanyaan wartawan.
Selama sebulan menetap di Ogan Ilir, 3 bersaudara itu mengaku lebih enak hidup di Jakarta ketimbang di rumah sang nenek. Alasannya, jika di Jakarta mereka bisa makan enak hasil masakan Ibu, jika di Ogan Ilir mereka hanya sesekali makan enak, bahkan terkadang tak makan seharian.
"Enak di Jakarta lah, kalau di sana (rumah Nenek) kadang makan enak kadang nggak, kadang juga kita yang beli makan. Kalau di Jakarta makan enak mulu dimasakin Ibu," kisahnya sambil sesekali tertawa.
Dengan logat Betawi, mereka terus bercerita tentang kisah perjalanannya. Saat mereka memutuskan untuk kembali ke Jakarta dengan menggowes sepeda, tak ada larangan dari sang Nenek dan hanya berpesan tidak melakukan hal-hal negatif sepanjang perjalanan.
"Nggak (dilarang), udah diomongin, 'kamu kalau mau naik sepeda naik sepeda aja, asal jangan badung'" kata Aslam menirukan pesan Neneknya.
Dua sepeda yang mereka tumpangi hasil pemberian dari Neneknya, dengan bekal uang Rp 140 ribu mereka menggowes sepeda dari Indralaya ke Kota Palembang untuk mencari bus. Dari Palembang dengan meloby bus jurusan Rajabasa, akhirnya mereka bisa menumpang bus dengan ongkos seadanya ke Terminal Rajabasa, Lampung.
"Kan dikasih Nenek 140 ribu, kita jalan ke Palembang, busnya pada kagak mau kita naikin. Akhirnya ada bus yang mau, sepedanya juga dinaikin ke bus," ujar Okta.
Sesampainya mereka di Rajabasa, gowes sepeda pun mereka lanjutkan untuk menuju Pelabuhan Bakauheni. Di Bakauheni, mereka bertemu dengan salah seorang petugas ASDP bernama Rizky. Petugas tersebut menanyakan perihal asal dan tujuan mereka. 3 bersaudara itu bercerita panjang lebar kepada Rizky. Alhasil, Rizki kemudian membawa mereka ke sebuah tempat makan.
"Dikasih uang juga sama temennya bapak Rizky itu, dikasih sejuta. Ini masih ada uangnya," Sambung Rizal.
Saat ditanya apakah perjalanan mereka diketahui orangtuanya, mereka menjawab keluarganya di Ciledug dan Jakarta sudah tahu. Kabar perjalananya mereka sampaikan lewat sosial media Facebook.
"Kakak yang di Ciledug udah tau, ngasih taunya pake game, eh Facebook. Nanti dijemput di Ciledug, kan mau dianterin sampe Ciledug sama Bapak Rizky," kata Okta bercerita.
Dari rumah kakak mereka di Ciledug, lanjut Okta, mereka akan dibawa ke kediaman Ibunda di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Mereka tak tahu di mana alamat lengkap rumah Ibunya. Okta hanya menjawab di daerah Kebon Jeruk mereka akan bertemu sang Ibu.
"Kalau udah sampe sana ya mau minta maaf, mau salaman sama Ibu. Ya pokoknya gitu lah, kan belum Lebaran," sahut Okta.
Tiba di Kantor ASDP Merak, mereka sudah disiapkan mobil oleh pihak ASDP untuk diantarkan ke Ciledug. Bahkan, alamat di Ciledug pun mereka tak tahu. Terakhir komunikasi dengan kakaknya lewat Facebook hanya diminta ditunggu di perempatan Ciledug.
"Pokoknya disuruh ditunggu di perempatan Ciledug, nanti di sana di jemput," ujarnya.
AFILIASI :