Foto; Dok Frans P/KM |
OPINI, KABARMAPEGAA.COM - Kita berbicara mengenai pokok soal ini hanya karena satu alasan, dan ini karena masyarakat yang saat ini ada di dunia, masyarakat yang hari ini kita miliki di seluruh dunia, adalah masyarakat dengan terlalu banyak ketidakadilan, masyarakat dengan terlalu banyak ketimpangan Hari ini, di dunia kapitalis dalam mana kita hidup ini. Sebelas juta anak-anak meninggal karena kekurangan gizi karena pelayanan kesehatan yang buruk, karena tidak ada dukungan untuk mengobati penyakit-penyakit yang bisa disembuhkan. Sebanyak seluruh penduduk Bolivia mati setiap tahun, dan setiap tahun lagi.
Sebanyak manusia Papua yang meninggal karena dibunuh, disiksa, ditindas, ditabrak lari dan diteror oleh para militerisme Indonesia tanpa ada akibat yang sejelas-jelasnya dilakukan oleh rakyat Papua. Namun, penembakan misterius ini kadang menjadi budaya bagi kapitalis yang selalu memeras darah rakyat yang tak bersalah. Maka, penulis mengulas ada dua pertanyaan yang menjadi pembahasan antara lain; apakah benar Kapitalisme Indonesia datang di tanah Papua membawah penyakit derita bagi rakyat Papua? Dan apakah Kodrat Sejati dari Kapitalisme Akan Terlihat Ketika Berada Dalam Situasi Kritis?
Kapitalisme Indonesia datang di tanah Papua membawah penyakit derita bagi rakyat Papua?
Kapitalisme Indonesia datang di tanah Papua membawah penyakit derita bagi rakyat Papua. Segala macam penderitaan selalu di rasakan oleh rakyat Papua, dimana selalu menjadi korban dan pertumbahan darah atas negeri sendiri. Sebab, itulah yang disebut bahwa masyarakat kapitalis mendominasi dunia, terutama di tanah Papua maka rakyat harus pada prisip hidup yang saebanarnya dan melawan ketidakadilan yang dibawahkan oleh rakyat kapitalis di tengah rakyat bangsa Papua.
Perlu disadari bahwa kita dijajah oleh kaum pemberontak, kapitalis seperti apa yang di jelaskan di atas menyangkut masyarakat kapitalis yang mendominasi seluruh dunia terutama pada di tanah Papua. Hal ini merupakan kriminal yang mengakibarkan terhadap kemunduran dan pemusnaan bagi bangsa Melanesia, tanah Papua. Perlu diperhatikan pula juga bahwa sebagai rakyat yang mendominasi di tanah Papua harus hindari dari bahaya ancaman terutama dalam segi kehidupan sosial-budaya, politik, pendidikan, agama, ekonomi, dan pelanggaran HAM yang membawah dampak buruk terhadap perkembangan masa depan bagi generasi muda Papua dan perubahan pada tanah Papua.
Masyarakat kapitalisme ini, yang mendominasi dunia, yang memberi kita penerbangan ke angkasa luar, yang memberi kita internet, mungkinkan 800 juta manusia tidur setiap malam dalam keadaan lapar... sekitar dua milyar orang di dunia ini tidak mendapatkan pelayanan dasar. Kita punya mobil-mobil, kita punya kapal-kapal terbang, sekarang kita berfikir ke planet mars, betapa indahnya! Tetapi di sini di atas bumi ada orang-orang yang tidak mendapatkan pelayanan dasar, ada orang-orang yang tidak mendapatkan pendidikan, dan kalo ini tidak cukup, ini adalah masyarakat yang secara permanen dan berulang-ulang menimbulkan krisis, dan krisis menimbulkan pengangguran. Ada begitu banyak kekayaan , tetapi terpusat di tangan sedikit orang. Dan ada banyak orang yang tdak punya kekayaan dan tidak bisa menikmati apa yang ada. Sekaran ini ada 200 juta perang menganggur di dunia ini.[1]
Itulah masalahnya, ini adalah masyarakat yang menimbulkan begitu banyak kontadiksi, yang yang menghasilkan pengetahuan, ilmu, dan kekayaan, tetapi yang sekaligus menimbulkan bagitu banyak kemiskinan, begitu banyak pangabaian, dan pada puncaknya, tidak puas menghancurkan alam, ribuan jenis bintang dan tumbuhan telah dihancurkan dala massa 400-500 tahun terakhir sejak dimulainya kapitalisme. Hutan menjadi semakin sempit dan sempit saja, lapisa ozone sedang dipertipis, kita mengalami perubahan iklim, gunung-gunung bertopi salju abadi sekarang sedang dalam proses kepunahan.
Kodrat Sejati dari Kapitalisme Akan Terlihat Ketika Berada Dalam Situasi Kritis
Marx pernah menulis, kodrat sejati dari kapitalisme akan terlihat ketika berada dalam situasi kritis. Pada saat krisis, apa yang sebelumnya tersembunyi akan tampak nyata- yaitu bahwa keseluruhan sistem kapitalisme itu sesungguhnya hanya berputar-putar pada kepentingan laba dan bukan pada kepentingan kebutuhan-kebutuhan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa saksikan apa-apa saja yang dihasilkan oleh kapitalisme. Iklan-iklan yang mubazir, kelaparan anak-anak di tengah-tengah berlimpahnya gaji atlet-atlet profesional, tempat kerja yang kejam dan perlakuan terhadap sampah, sumber-sumber daya yang menganggur di tengah- tengah tingginya tingkat pengangguran dan masyarakat yang tak terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Mengenai apakah bentuk alternatif di abad kedua puluh satu ini, perdebatan masih terus terjadi. Apakah alternatifnya itu sosialisme, sosialisme negara (state socialism ), kapitalisme negara (state capitalism), statisme (statism), sentralisme birokratik (bureaucratic cantralism), negara buruh yang tak terlalu birokrtis (bureaucratically deformed works' state) ataukah menurut usulan saya – modus produksi garda depan (vanguard mode of production)? Namun, masihkah perlu bagi kita untuk bersikap pilih-pilih mana yang cocok diantara semua pilihan tersebut (yang sama artinya dengan memilih satu diantara berbagai pandangan yang menghasilkan produk realitas yang berbeda-beda) dan bukankah apa yang mesti kita lakukan hanyalah memahami bahwa apa yang muncul di abad yang lalu sesungguhnya bukan konsep sosialisme seperti yang digambarkan oleh Marx?[2]
Kombinasi antara visi dan gerak perjuangan ini merupakan sesuatu yang penting. Dalam gerak perjuangan untuk mewujudkan visi suatu masyarakat baru, kita sesungguhnya tak hanya mengubah masyarakat yang lama, namun pada saat yang bersamaan kita juga mengubah diri kita sendiri, dan seperti sedemikian rupa sehingga selaras dengan masyarakat baru.
*) Penulis adalah Mahasiswa Papua
Sumber Referensi;
Marta Harnecker, 2015, Sosialisme Pengelaman Venezuela / Amerika Latin, Yogyakarta, Resist Book
Michael A. Leboeitz, 2009, Sosialisme Sekarang Juga, Yogyakarta, Resist Book