Bahkan situasi Jakarta belakangan mulai memanas lantaran perhelatan Pilkada DKI Jakarta 2017 yang dibumbui oleh sentimen suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Kondisi tersebut dinilai membuat energi bangsa habis.
Cendekiawan muslim Ahmad Syafii Maarif menyayangkan kondisi Ibu Kota saat ini. Sosok yang lebih dikenal dengan sapaan Buya Syafii itu meminta agar energi bangsa tidak dihabiskan hanya untuk masalah Pilkada.
"Yang saya kadang sedih itu, ini Pilkada DKI menghabisi energi bangsa," kata Buya Syafii kepada infobreakingnews.com, Jumat (31/3).
Kontestasi Pilkada yang direcoki isu SARA ini dinilai mengkhawatirkan. Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini khawatir, isu SARA di Pilkada DKI malah bakal membuat bangsa terpecah belah.
"Menurut saya, jangan korbankan bangsa untuk DKI. Sudah lah, biar lah berjalan. Enggak perlu lagi kita saling menyalahkan," tutur dia.
Buya Syafii menyebut, sepatutnya masyarakat tidak perlu lagi merisaukan masalah hukum calon Gubernur DKI Jakarta, Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama terkait kasus dugaan penistaan agama. Menurut dia, persoalan Ahok bukan masalah mendasar bangsa Indonesia. Apalagi, proses hukum juga masih terus berjalan.
Ahok tersandung kasus dugaan penistaan agama saat berpidato di Kepulauan Seribu pada akhir September tahun lalu. Perdebatan apakah Ahok menista agama juga sempat memanas di kalangan umat muslim.
"Saya tidak membela Ahok, saya bukan penduduk DKI. Tetapi, saya melihat, pidato yang di Pulau Pramuka, saya tidak bisa menyimpulkan itu menista, menghina Islam, menghina Quran, menghina ulama," ucap Buya Syafii.
Dan aksi demo hari ini yang mereka sebutkan dalam angka 313, Jumat (31/3) kembali terjadi yang dinilai hanya membuat lebih macet Jakarta yang sudah sumpek padahal terlalu banyak kepenting publik terganggu, padahal energi dan uang yang akan dikeluarkan untuk aksi masa itu sangatlah besar. *** Jerry Art.