Mawas Diri



Buku sampul depan   Mawas diri jilit 2 "Michel Quoist," penerbit Kanisius,Umagigobai/KM


Renungan,(KM)--Mawas diri atau sadar diri merupakan salah satu sifat manusia yang dapat mencerminkan kesadaran akan kekurangan dan keterbatasan yang ada pada setiap manusia.

Memberikan bimbingan mawas diri secara kritis dalam konteks kehidupan modern ini. Maka itu, mawas diri (sadar diri) membantu kita melihat diri kita masing-masing maupun diri masyarakat tempat kita hidup secara telanjang, tanpa tedeng aling-aling. Borok- borok dan bisul bisul dalam jiwa kita sebagai akibat polusi hidup yang sangat kompleks dan bersimpan siur dewasa ini, akibat kita kosek setandas tandanya. (Tanggapan seorang guru SMA de Brito).

Buku yang perlu di baca dan renungkan bagi orang orang dewasa baik pria maupun pemuda atau ayah, maupun wanita sebagai gadis atau ibu, untuk mencapai sukses dalam kehidupan, sukses dalam  arti yang sebenarnya.(Tanggapan seorang guru SMA Loyala)
a.       Siapakah orang lain itu ??

Orang lain ialah orang  yang di jumpai di tengan jalanan, yang hidup dan menjadi besar di sampin anda, bekerja, bergembira dan bersedih hati, yang mencintai atau membenci sesamanya, dia membosankan atau saya tidak suka melihatnya, dia yang tidak perna bicara, tidak ada pikiran, anda lampau saja dan tidak anda lihat.

b.      Berhubungan denga orang lain berarti Membawa Dia ke dalam Diri-Nya.

Manusia zaman sekarang, secara perseorangan maupun secara kelompok, menginginkan berhubungan satu sama lain. Itulah keinginan manusia. Ada yang mngirah itu suatu tuntutan, ada lagi mengirah bahwa itu suatu kewajiban. Tuntutan karena manusia tidak dapat hidup menyenderi. Kewajiban karena manusia tidak dapat menyempurnakan  diri sendiri, jika tidak bersatu dengan orang  lain.

Kita sangat sering bersalaman dengan banyak orang, menepuk nepuk bahwa mereka, kita bersama-sama minum kopi, kita berdekatan rumah, bercakap- cakap dan bertukar pikiran dengan mereka. Maka kita mengira, saya mempunyai banyak sekali hubungan, banyak sekali kenalan. Tetapi sebenanya kita keliru belaka. Sebab mungkin sekali kita merasa kesepian, walaupun mempunyai sangat banyak hubungan, jika kita tidak membuka mata dan hati lebar- lebar agar dapat melihat sesama dan menerima-nya.

c.       Berbicara dengan orang lain berarti lebih dahulu Mendengarkan

Orang membutuhkan bercakap cakap, jiwanya yang penuh keselitan, kesediaan atau kegembiraan, ingin mengeluarkan isi hatinya. Kata kata adalah alat jiwa dan memungkinkan seorang berhubungan dengan sesamanya.  Si pendiam sering mengeluh karena tidak dapat mengeluarkan isi hatinya seakan- akan ia menjadi lumpuh oleh karena  malu, takut tidak akan dimengerti, dan tidak adanya seorang yang setia mendengarkan. Seditlah orang yang dapat memahami saudara saudaranya, menerima dan menentramnya, oleh karena hanya seditlah orang yang dapat melupakan diri sendiri agar dapat mendengarkan orang lain.

d.      Berdiskusi dengan oran lain berarti bertukar Pikiran

Orang menghabiskan banyak waktu untuk berdiskusi, banyak alasan-alasan yang di tengahkan, banyak kerja berat dan ketengangan urat syaraf yang di gunakan, orang berdiskusi dimanapun juga, di rumah, dikantor, di tempat kerja dst. Sering kali mereka mengulas diri dalam diskusi- diskusi, menjadi tegang, merasa terhina. Apa sebabnya ?? jika kita sungguh-sungguh mengabdi kebenaran, bagaimana kita harus mengebarluaskannya?? Bagaimana seharusnya sikap orang agar diskusi itu dapat bermutu.? Tahukah bahwa sesudah diskusi, orang merasa lebih yakin akan kebenarannya daripada sebelumnya? Sebab apa?? Karena selama diskusi itu selalu berhadapan hanya alasan dasar atau argumentasi-argumentasi saja, tetapi orang orangnya berada di belakannya. Jadi disini perdebatan bukan bukan terukur gagasan, bukan terukur pikiran, tetapi perkelaian antara dua manusia diantara dua perasaan.


e. Supaya dapat mempengaruhi terhadap orang lain diperlukan kepercayaan kepada-Nya

Banyak orang ingin berpengaruh terhadap orang lain. Maksudnya bagus sekali. Sayangnya, seperti dalam diskusi, titik tolak meraka sangat berbeda dengan teman meraka berdiskusi. Lebih dahulu mereka harus mawas diri, meneliti diri sendiri. Mereka itu siapa, bagaimana pandagan mereka terhadap orang lain ? siapa menganggap lebih unggul daripada sesamanya, semua usahanya sia- sai belaka. Siap berlagak berbelas kasihan terhadap orang, janganlah memulai usahanya. Hanya mereka yang rendah hati, akan berhasil baik. Mereka mampu untuk mencintai dan menemukan kekayaan kekayaan teman teman diskusi yang di angugrahkan kepada meraka oleh Tuhan yang mungkin masih tersembunyi.

f.        Mencintai berarti mengorbangkan diri sendiri

Cinta kasih sudah menjadi buah bibir. Ketika berteriak teriak menurut kasih kasih sayang, menyanjung-nyanjung kasih sayang, mengisi kasih sayang. Demi kasih sayang kita bekerja mati- mati selama hidup.oleh karena kasih sayang kita saling berpelukan, atau berlebihan satu sama lain. Oleh karena kasih sayang, lahirlah manusia manusia baru, atau orang saling bunuh membunuh. Sejarah umat manusia tak lain dan tak bukan mengejaran akan kasih sayang yang penuh pola pola keberhasilan dan kegagalan yang tak terhitugn banyaknya. Sungguhnya manusia ingin benar menyanyai CINTAKASIH. Ini kenyetaan 1 terjadinya manusia oleh karena cinta kasih dan untuk cinta kasih.

g.       Mencintai orang lain berarti menghidupkanya

Ilmu jiwa moder mengakui, bahwa pokok pangkal kemerosotan mori ialah hampie selalu "kekurangan cintakasih". Para ahli sosiologi yang memikirkan hari depan dunia dan bahaya bahaya yang mengancamnya, bertanya-tanya pada diri sendiri, apakah umat manusia dapat mencintai yang menghidupkan akan lebih kuat daripada egoisnya yang menyebarkan kematian? Untuk menyelamatkan umat manusia dibutuhkan orang-orang yang mempraktekan cintakasih sepanjang hayatnya.

h.      Perkawinan

Alangkah baiknya anak muda yang pada waktu gereja berpikir begini "Nah, sekarang kami sudah kawin, tujuan telah tercapai, semuanya telah lewat, tinggal memetik kegembiraannya" mereka tidak mengerti, bahwa mereka baru akan di mulai, bukan pada titik akhir perjalanan, tetapi baru pada pengulangi kawin lagi setiap hari, jika mereka memang benar benar menghendaki  persatuan satu sam lain, mereka tidak mengerti bahwa mereka akan segera saling mengecewakan, jika mereka tidak hendak saling memberikan cintakasih yang tak terbatas, dalam Tuhan dan oleh Tuhan.

i.         Menyesuaikan diri

Sering terjadi ada orang yan g merasa  sedikit banyak kecewa karena menjadi orang seperti apa adanya sekarang,  atau tidak menjadi orang seperti yang sesungguhnya mereka idamkan. Banyak suami istri mengirah tenggang menenggang saja. Adapula yang membiarkan suami atau istri seperti adanya. Mereka tidak tuduh menuduh atau menyalahkan, seakan akan tidak ada sesuatu apa. Kedua- keduanya harus tabah dan berkemauan keras, jika mereka ingin agar keluarga mereka tidak jadi berantakan.

j.         Penseritaan sebagai akibat karya manusia yang menyedihkan

Pada diri kita sendiri, disekitar kita ada dimanapun juga kita menginsyafi adanya penderitaan dan kematian yang menakutkan dan tak dapat dienyahkan. Manusia selalu menghadapi persoalan ini. Dengan daya kekuatan sendiri, manusia hanya akan kandas merana, bila mencoba menyelaminya. Hanya iman kristiani dapat menginsyafkan kita tentang penderitaan dan melepaskan kita dari keputusannya. Lebig dari itu, karena kristus kita akan dapat memanfaatkannya demi keselamatan kita sendiri dan keselamtan dunia.(Umagigobai/KM)

Refrensi :

Mawas diri jilit 2 "Michel Quoist," penerbit Kanisius



Subscribe to receive free email updates: